Mendaki gunung adalah kegiatan outdooryang
belakangan ini makin banyak peminatnya. Banyak alasan kenapa seseorang
mendatangi gunung, mulai dari alasan bijak nan filosofis, sekadar
eskapis, ingin menikmati alam, atau yang memang hanya ingin mendaki,
serta alasan subjektif lainnya.
Sah-sah saja tiap individu memiliki alasan apapun, tak perlu kita bersikap nyinyir jika kita mendapati pendaki yang memiliki alasan hanya mengikuti tren apalagi ditunjang dengan kostum serta equipment yang jauh dari safety standart, karena yang jauh lebih harus diperhatikan adalah bagaimana para pendaki itu tetap menjaga kebersihan dan kelestarian alam.
Sayangnya,
semakin hari semakin banyak orang yang melakukan pendakian ke gunung
tidak disertai dengan kesadaran untuk menghormati lingkungan. Masih ada
perilaku tidak baik dan cenderung tidak bertanggung jawab yang dilakukan
beberapa pendaki yang bisa merusak ekosistem, untuk contoh yang jelas
adalah membuang sampah sembarangan.
Keadaan
seperti ini semakin darurat, sehingga perlu ditumbuhkembangkan
kesadaran untuk berperilaku menghormati diri sendiri, orang lain serta
alam selama pendakian. Jika kamu ngaku suka mendaki dan cinta alam,
berikut 7 perilaku yang wajib kita indahkan ketika mendaki gunung:
1. Sampahmu adalah tanggung jawabmu, jangan jadikan gunung sebagai tumbalnya. Kemasi sampahmu, bawa kembali ke bawah, dan buanglah pada tempat sampah.
“Gunung Bukan Tempat Sampah”,
kalimat yang sering kita baca dan dengar, tapi tetap saja kita masih
menemukan sampah menumpuk bahkan berceceran di gunung. Kesadaran untuk
tidak membuang sampah sembarangan serta kesadaran untuk membawa semua
sampah kita kembali ke bawah masih kurang.
Sebut
saja Ranu Kumbolo, di sebelah barat tak jauh dari pos, akan banyak kita
jumpai sampah, atau Gunung Lawu, dan yang terbaru dan parah adalah
sampah di Pulau Sempu. Enggak peduli siapapun kalian, sekeren apapun
penampilan kalian, kalau kalian membuang sampah sembarangan, apalagi di
gunung, maka itu perbuatan yang nggak keren sama sekali, sungguh
kebiasaan yang buruk, merugikan, dan memalukan.
Sampah-sampah
yang dibawa oleh para pendaki gunung sebagian besar adalah sampah
berupa plastik botol, bungkus dan styrofoam, puntung rokok dll. Sampah
plastik butuh waktu 500-1000 tahun untuk bisa terurai oleh
mikroorganisme, sedang styrofoam tidak bisa terurai sama sekali. Bisa
bayangkan jika itu menggunung hingga berbentuk piramida di tempat-tempat
terindah yang ada di muka bumi ini?
Sampah-sampah
tersebut menyebabkan polusi tanah, sehingga struktur tanah perlahan
akan rusak dan tidak lagi subur. Belum lagi jika sampah-sampah tersebut
mencemari pasokan air tanah di gunung. Masih tegakah kita mencemari alam
yang selama ini keberadaannya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup
kita? Mari kita pikirkan baik-baik.
2. Selalu bawa trashbag agar sampahmu tak berceceran. Kalau perlu, pungut juga sampah-sampah yang kamu temui selama pendakian.
Trashbag atau kantung sampah, salah satu perlengkapan yang wajib dibawa selama pendakian, baik bagi mereka yang melakukansolo hiking atau yang berkelompok. Minimal dalam satu kelompok ada satu trashbag.
Fungsinya apa? Sudah jelas untuk menampung sampah-sampah kita selama di
gunung, serta sampah-sampah lain yang kita temukan selama pendakian.
Jika
kita sudah tahu betapa daruratnya sampah-sampah yang sengaja
ditinggalkan oleh para pendaki lain, alangkah baiknya jika kita langsung
bertindak. Paling tidak kita tidak ikut membuang sampah. Ini adalah
bentuk cinta dan kepedulian kira paling konkret kepada gunung dan
lingkungan alam. Tak ada gunanya jika kita cuma mengeluh dan mengutuki
para pendaki lain yang seenaknya buang sampah.
Mulai
dari diri sendiri, paling tidak teman-temanmu akan mulai mecontoh
tindakanmu ini. Jadilah pelopor pendaki gunung benar-benar peduli dan
mencintai alam. Jika kamera profesional yang lumayan berat saja kita
sanggup membawanya, kenapa kita malas-malasan membawa turun
sampah-sampah yang kita temui di gunung?
3. Tegur secara halus mereka yang membuang sampah sembarangan.
Tak
harus menjadi pegawai Perhutani atau petugas Balai Konservasi, atau
aktivis lingkungan untuk bisa menegur pendaki lain yang sedang membuang
sampah sembarangan. Perilaku membuang sampah sembarangan adalah tindakan
yang tidak bisa dibiarkan!
Penyimpangan
perilaku ini bisa menular pada pendaki lain untuk melakukan
kecenderungan serupa jika dibiarkan. Sekecil apapun sampah yang mereka
buang, misal bungkus permen atau plastik pembungkus madu sachet-an, tetaplah itu sampah yang berpotensi merusak alam.
Tegur dengan kalimat yang baik dan sopan, kalau ditegur baik-baik malah nyolot,
hajar saja langsung pendaki tersebut, itupun kalau kalian berani. Kalau tidak berani ya sudahlah, ambil sampah yang dia buang masukkan ketrashbag yang
kita bawa. Tak perlu diceramahi betapa kita harus menjaga kebersihan,
memberi contoh dengan perbuatan sepertinya adalah hal yang lebih baik
dan lebih soutif.
4. Pastikan tujuanmu mendaki gunung adalah untuk menikmati keindahannya, bukan untuk berburu dan membunuh satwa-satwa di sana.
Ini bukan era seperti di film Apocalypto,
jadi enggak usah berburu binatang untuk bisa makan, atau membunuh hewan
apapun yang kita temui selama perjalanan. Selama hewan tersebut tidak
sedang mengincar kita sebagai mangsa. Beda lagi cerita kalau ternyata
posisi kita sedang terancam, maka dengan terpaksa kita harus melumpuhkan
atau membunuh hewan tersebut.
Tujuan
kita adalah mendaki, bukan berburu, jadi jika menemukan ayam hutan,
burung, atau hewan lain yang bisa dimakan, tak usahlah kita sok keren
dengan memburu mereka sebagai santapan makan siang atau makan malam.
5. Selalu berbuat baiklah pada alam dan gunung yang kamu tapaki, jangan merusak keindahan alamnya dengan memetik edelweiss atau vandalisme.
Atas
nama cinta dan keabadian, Edelweiss adalah bunga yang seharusnya tetap
berada di gunung, jadi enggak usah sok romantis dengan memetiknya
sebagai oleh-oleh buat pacar atau orang yang kita sayang, atau meski
hanya ingin kita simpan di sudut kamar.
Perilaku
lain yang bisa merusak alam adalah mencabut atau memotong tanaman
apalagi yang termasuk tumbuhan langka, menebang pohon, atau menggoreskan
nama kita dan bahkan pacar kita pada batang sebuah pohon, itu bukan
tindakan yang romantis, tapi norak, iya.. norak.
Kalian
merokok? Itu terserah kalian, tapi jika kalian membuang puntung rokok
sembarangan di hutan, apalagi yang masih ada nyala apinya, itu adalah
perbuatan yang tak bisa ditoleransi, karena banyak kasus kebakaran hutan
justru dipicu dari puntung rokok. Sekecil apapun tindakan yang
sekiranya merusak dan merugikan alam, jangan pernah lakukan itu.
6. Jaga etika dan kesopanan selama pendakian, penting untuk saling menghormati sesama pendaki lainnya.
Etika
dan kesopanan di sini tidak hanya mencakup level norma sosial, semisal
melakukan tindakan asusila selama pendakian, tapi lebih ke tataran
bagaimana kita berinteraksi dengan alam dan pendaki lain selama
perjalanan. Larangan untuk tidak mengucapkan atau melakukan hal yang
jorok atau tabu mungkin sudah sering kita dengar, tapi ada hal lain yang
juga harus diperhatikan, yaitu menjaga keselarasan dengan pendaki lain.
Misal,
saling menyapa atau sekadar bertukar senyum saat berpapasan, menawari
makan atau minum saat kita sedang makan, atau saat malam mulai larut
ketika beberapa pendaki sudah banyak yang istirahat dalam tenda
masing-masing, maka kita tak harus bercanda dengan teman dengan suara
yang keras sambil tertawa terbahak-bahak. Kita bebas melakukan itu tapi
ada hak orang lain juga yang harus kita hormati. Sebuah kebebasan yang
bertanggung jawab.
7. Satu lagi sebagai catatan: Gunung bukan toilet terbuka, jangan buang kotoran di sembarang tempat.
Jadi, jika hendak ingin buang hajat, jangan di area yang dekat dengan jalur pendakian, atau di sekitar camp area, apalagi di dekat sumber mata air. Carilah
tempat tersembunyi, kalau perlu gali tanah lebih dahulu. Untuk contoh,
di sisi sebelah selatan dan tenggara Ranu Kumbolo, banyak sekali kotoran
manusia yang berada di jalan setapak.
Itu
benar-benar kurang etis, mengganggu, dan merusak kenyamanan. Jangan
hanya memikirkan diri sendiri dan seenaknya saja, kita juga harus
menghormati pendaki lain dan alam itu sendiri pastinya.
Alam
dan gunung Indonesia itu indah, jangan dirusak dengan perilaku-perilaku
tak bertanggung jawab yang bisa merusak keindahannya. Tugas kita
sekarang bukan sekadar menjaga kebersihan dan kelestarian alam sebagai
hal yang akan diwariskan buat anak cucu kita, tapi yang lebih utama
adalah bagaimana kita juga menyiapkan dan mendidik anak cucu kita supaya
bisa menghormati, menjaga dan tetap melestarikan alam, tak hanya di
Indonesia, tapi juga di dunia.
The Casino site review – Lucky Club
BalasHapusThe Casino site is a trusted website with games from luckyclub.live software provider Evolution Gaming, and provides its players with a wide range of slots and table games. Rating: 9.4/10 · Review by LuckyClub